Archive for November 2014

First it was a dull waiting game,
now it's turned into an ugly blame game.
"The ball was in your court. It was yours to play,"
unbeknownst to us, while we were playing a ping-pong game
of blame,
the ball was gliding, slowly, out of court,
out of play.

Tentang tanggal 23.

Mungkin tidak akan bisa ada kali kedua romantisme masa muda dibagi untuk ratusan ribu manusia, diusung dalam propaganda luar biasa.

Jika pengalaman kemarin harus dirangkum, kurang lebih seperti ini:

Rasanya asing, dan intim.

Bukan mengutip slogan kemarin walau mungkin memang tanpa sadar sudah terdoktrin, tetapi memang entah kenapa sensasinya sama sekali asing, padahal elemen-elemennya begitu intim.

Kalau harus dimisalkan, mungkin seperti mencampur bahan makanan yang biasa dimakan setiap hari tapi saat menyuap ke mulut rasanya tidak dikenali.
Sampai saat ini pun mulut tidak berhenti mengecap, mencoba mengenali sensasi. Tapi masih saja, asing dan tidak teridentifikasi.



Sambil masih mengecap-ngecap mencari sisa-sisa yang intim, ini pertanyaan untuk saya:
Saat sudah tidak ada yang dilanjutkan, apa yang akan dilakukan?