31 januari
by fathina diyanissa
sepertinya sudah berhari-hari. berhari-hari yang terakumulasi jadi berminggu-minggu. berminggu-minggu ini, sudahkah terakumulasi jadi berbulan-bulan?
kamu seperti satu rutinitas yang hilang dari sekian banyak yang ada saat ini. tidak berhasil membuat ritme hidupku berubah, tapi tetap hilang. satu rutinitas yang hilang yang ingin aku cari lagi, tapi aku tertahan oleh tuntutan-tuntutan lainnya. aku tak berhasil menyisakan waktu untuk mencarimu lagi.
kalau aku tidak pernah berbicara bukan berarti aku tidak pernah merasa. jangan salah paham. kamu itu signifikan. kehilangan kamu bisa memancing egoku untuk menyeruak ke muka. tapi izinkan aku diam dulu untuk sementara. izinkan aku belum mencarimu lagi dulu. dalam jarak kita saat ini aku sedang berusaha membiasakan diri. membiasakan diri, walau akhirnya tidak pernah terbiasa.
bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa, tetapi jika tidak ada mampu memancing tanya mengapa. aneh bukan? tidak pernah ada perasaan sedih dalam kehilangan, tetapi saat menemukan kembali, gembira seperti menemukan tuannya. setidaknya setahu aku seperti itu. apakah definisiku itu mutual?
keabsenan ini sudah berapa lama bertahan? aku sudah kehilangan hitunganku. sebab waktu sendiri sudah membingungkanku. saat ini rasanya setiap hari aku bangun dalam kebingungan harus memanggil hari ini dengan nama apa: kamis? jumat? sabtu? mana sempat aku menghitung berapa hari, berapa minggu.
bukankah cepat atau lambat memang ini akan terjadi? hidup terus berjalan. yang masih menjadi tanyaku, yang masih blur di pikiranku adalah konsep mengenai kamu: siapa kamu? persinggahan atau tujuan akhir?
yang jelas, terimakasih. terimakasih untuk tidak melupakanku seperti yang lainnya.