mucho gracias
by fathina diyanissa
inget beberapa bulan lalu, waktu mau pergi sekolah, lagi ada bapa di bandung. seperti biasa sebelum berangkat saya pamit. pas lagi pamit sama bapa, tiba-tiba bapa ngomong
"de, jadinya mau kuliah kemana?"
"hah?" sedikit bingung tiba-tiba bapa nanya kaya gitu. "ke fsrd pah."
bapa senyum sambil ngelus kepala saya. "yaudah, bapa dukung kamu ya. kamu belajar yang rajin, latihan yang rajin."
selama ini bapa ga pernah ngelarang apapun pilihan hidup saya. bapa ga pernah menyetir arah dan tujuan hidup saya. tapi saya tahu, waktu akhir kelas dua saya bilang saya pengen kuliah di bidang seni dan bukannya di teknik, bapa kurang setuju. bapa tetap menyarankan saya untuk kuliah di bidang teknik. apalagi bapa yakin saya punya kemampuan untuk itu.
bapa ga pernah ngelarang cita-cita saya itu. tapi dulu bapa menganjurkan alternatif lain.
dan saat pagi hari itu saya menyalami bapa dan bapa bilang begitu sama saya, ga ada yang lebih melegakan daripada lihat dukungan bapa sepenuhnya buat saya
itu salah satu saat yang paling membahagiakan buat saya, sampai detik ini.
lalu kurang dari sebulan lalu, saat saya mengikuti tes JPPA-U Telkom, dan hasilnya alhamdulillah lulus, paginya saya mengabari ibu saya. saya ingat waktu saya mau ngomong sama ibu saya, dia lagi masak di dapur.
"bu, hasil tes kemarin udah keluar."
"oh ya? gimana?"
"keterima.."
"alhamdulillah..."
saya bisa melihat ekspresi ibu pagi itu menjadi lebih cerah dari hari-hari biasanya. suaranya menjadi lebih riang dan moodnya lebih baik dari biasanya.
selama ini, saya melihat ibu sebagai orang yang selalu punya ekspektasi tinggi. orang yang paling sulit saya dapat penghargaannya. orang yang tampaknya tidak akan pernah bisa saya senangkan. padahal dia ibu saya sendiri, tapi saya merasa selalu gagal melakukan hal yang bisa membanggakannya.
tapi hari itu saya melihat kebanggaan ibu.
itu juga salah satu hari yang tidak akan pernah saya lupakan. penerimaan rasanya menyenangkan, tetapi lebih menyenangkan lagi ternyata melihat kegembiraan orang yang saya sayangi atas penerimaan itu.
dua hal itu, dua hal itu, yang akan selalu saya ingat dan selalu menjadi motivasi terbesar buat saya. bekal restu orangtua yang harus saya pergunakan sebaik mungkin. dan kebanggaan orang tua, hal yang jarang bisa saya berikan untuk mereka.
bapa, ibu, tunggu dena ya, dena pasti bisa bikin kalian bangga :')