being an agnostic
by fathina diyanissa
belakangan ini, gue sering secara sengaja ataupun gak sengaja mencaritahu hal-hal yang berhubungan dengan ini. mungkin karena di lingkungan gue yang sekarang, gue kenal dengan banyak orang agnostik yang secara cukup terbuka menyatakan kepercayaannya ini, bahkan terbuka untuk mendiskusikannya baik secara langsung ataupun lewat media seperti facebook atau tumblr. lumayan menarik juga dan lumayan bikin mikir sampe rungsing, haha :D
agnostik, intinya adalah mempercayai Tuhan, tapi tidak mempercayai adanya agama. jadi intinya seorang agnostik itu percaya adanya Tuhan, tapi untuk menyatakan kepercayaannya tsb dia gak menganut agama apapun, gitu.
yang gue tahu dari beberapa teman gue yang agnostik, rata-rata dari mereka memilih jadi agnostik karena mereka percaya bahwa secara rasio Tuhan itu pasti ada, karena setiap sistem pasti ada penciptanya. sistem seperti alam semesta yang luar biasa kompleks dan besar ini, kalau bukan Tuhan, siapa lagi yang bisa mengatur dan mengendalikannya, bukan? oleh karena itu, menurutnya, Tuhan itu pasti ada.
tapi yang membuat mereka akhirnya tidak menganut agama apapun, kalau sepengetahuan gue adalah karena konsepsi 'satu jalan mutlak menuju surga' itu yang agak sulit diterima. bahwa orang-orang yang akhirnya mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya pada hereafter world itu mutlak adalah orang yang menjalani hidup sesuai aturan agama yang dianut-Nya. jika Muslim, maka artinya menaati quran, jika Kristian maka menaati injil, dsb dsb. pada akhirnya itulah yang menentukan kehidupan abadi kita kelak. yang artinya, bahkan meskipun semasa hidup lo, lo adalah orang yang sangat baik hati dan selalu membantu sesama, blablabla, kalau akhirnya keimanan lo ada di jalan yang salah, you don't deserve the heaven. sounds really not fair, right? itu yang gue tangkep dari temen-temen gue, adalah konsep agama yang paling sulit diterima.
akhirnya mereka memilih untuk percaya bahwa tidak ada surga maupun neraka, ataupun setidaknya jikapun ada, tidak seperti konsep yang selama ini kita percayai. untuk mencapai kedekatan dengan Tuhan, tidak diperlukan suatu ajaran yang sifatnya sangat membatasi, karena menurut mereka pada akhirnya tujuan ibadah kita pun terpatok untuk mendapatkan tropi berupa surga itu. akhirnya mereka memilih untuk menjalani hidup dan berbuat apa yang mereka anggap baik tanpa harus terikat pada suatu aturan agama tertentu demi mendapatkan tempat yang pantas di sisi Tuhan.
kadangkadang, argumen-argumen itu cukup meragukan gue. selama ini gue berusaha sebisa mungkin menjalankan ibadah sesuai qur'an dan sunnah sebagai seorang muslim. tujuannya apa? surga? terus yang bisa masuk surga cuma orang muslim doang? kalau ternyata agama yang benar itu bukan agama gue gimana jadinya, sia-sia gitu? atau kalau ternyata emang gak ada agama yang bener sama sekali, gimana?
gue mencoba sangat keras untuk membuat segala konsep-konsep ini rasional. masuk akal. bahwa Tuhan itu ada, bahwa agama itu ada, bahwa agama yang gue anut sekarang adalah agama yang paling benar, bahwa surga itu ada, dan banyak pertanyaan lainnya. hasilnya? pusing sendiri, demi Allah. pertanyaan itu ujung-ujungnya just like heads chasing tails. gak berujung, muter-muter. gak ada argumen yang memuaskan gue. tapi, untuk akhirnya menjadi seorang agnostik juga gue masih belum merasa itu cukup rasional juga, soalnya kadang-kadang pada akhirnya what still keeps me sane is the religion i'm standing upon. kepercayaan ini juga yang akhirnya nolong gue supaya hidup gue gak terlalu nyimpang.
terus, kemaren gue baca di buku yang kemaren gue beli di Salihara. tentang filsafat-filsafat dasar gitu bukunya. intinya, ada salah satu poin yang cukup ngena buat gue di bab mengenai keimanan dan rasio gitu. keimanan itu gak bisa dipikirin oleh rasio, sampai kapanpun. keduanya adalah wilayah yang berbeda. mengenai Tuhan, surga, agama, dan sebagainya, itu adalah sepenuhnya wilayah keimanan lo buat memercayainya, dan kalo lo mencoba melihatnya melalui rasio, selamanya pun gak akan nyampe dan malah menghancurkan diri lo sendiri.
temen gue pernah bilang di salah satu debat mengenai agama ini: 'kalo saya sih sebagai muslim, ya terima ajalah apa yang disuruh Allah, disuruhnya gitu ya jalanin aja'. bahasanya mungkin kurang ngena, tapi setelah gue baca buku filsafat itu, gue ngerti poinnya dia: tentang Allah, biarin aja itu urusan keimanan kita, emang tugasnya menerima dan percaya. percaya, bahkan walaupun terlihat gak masuk akal oleh rasio. agama itu wilayah keimanan, makanya gak usah dipertanyakan.
end of story, haha. maaf ya, gue cerita ini gak pake bahasa akademik, bener-bener random banget nih.