lalu,
by fathina diyanissa
berjingkat hati-hati, jengkal demi jengkal, ujung jemari kakimu mencium tanah basah.
mata terpejam.
sebentar-sebentar, muncul bergantian. tak singgah lama namun menyita. tercuplik sepotong percakapan, tatapan, senyuman, pemandangan, tempat-tempat, suara, tulisan, pikiran. abstraksi dari kenyataan. bercampur.
kamu tahu, aku tidak mau dipikirkan.
kamu membuka mata.
buat apa berjingkat? tidak ingin didengar, oleh siapa?
kamu biarkan telapak kakimu menyapa tanah basah.
sekarang, jalanmu cepat.