the world does not revolve around you, dear
by fathina diyanissa
enam orang anak bermain petak umpet. keenam-enamnya ingin bermain 'sumput', tidak ingin jadi 'kucing'. enam orang anak itu bersahabat. lima dari mereka bersahabat lebih dekat. mereka berlima ingin 'sumput' dan yang satu lagi jadi 'kucing'. tapi yang satu itu juga tidak mau jadi 'kucing'.
mereka berenam pun berdiri membuat lingkaran. cara klasik mencari 'kucing':
hompimpah alaeum gambreng...
ups! ternyata 'kucing'nya bukan si satu itu. tapi di antara lima sisanya.
kelima orang yang bersahabat itu pun marah. tidak rela di antara mereka ada yang jadi 'kucing' lalu menyalahkan si satu itu.
si satu ini pun jelas tidak terima disalahkan, toh memang bukan salah dia. mereka sudah mencari 'kucing' dengan adil. tapi lima temannya itu tak mau dengar. tetap ingin bersama. menuduh si satu ini bermain licik.
licik apanya? jelas si satu ini langsung kesal.
lima orang temannya itu dengan halus memaksa si satu ini untuk menyerahkan posisi 'sumput'nya dan menjadi 'kucing'.
si satu ini tidak mau.
lima orang temannya marah. mereka tidak biasa menerima kata 'tidak mau'.
si satu ini tidak mau.
lima orang temannya makin marah.
si satu ini tetap tidak mau.
akhirnya mereka berenam pun tetap main petak umpet. tetap si satu ini bermain 'sumput'. lima orang temannya masih marah tapi tetap main karena mereka ingin main petak umpet.
terus gimana main petak umpetnya?
gak rame.
ga enak ya tetep main bareng kalo masih marah-marahan?