Showing posts with label soksokan. Show all posts

tweet-inspired

jangan lupa, tujuan terpenting kita dalam menjalani hidup. selain tujuan-tujuan yang telah kita susun dan kita rancang untuk masa depan kita, ada tujuan lain. tujuan jangka panjang, yang jauh lebih panjang bahkan dari tujuan seumur hidup kita. dimana tujuan-tujuan hidup kita yang lain sudah sepatutnya kita rancang untuk membekali diri agar kita dapat lebih siap meraih tujuan utama tersebut.

tujuannya ada setelah kematian.

mengenai kehidupan setelah kematian sendiri, masih agak bias konsepnya bagi saya. saya percaya bahwa ia ada, namun mungkin konsep yang ada di pikiran saya agak berbeda dari konsep yang selalu didoktrinkan kepada kita sejak kecil.
kehidupan setelah kematian mungkin rahasia yang sangat besar yang saking besarnya, konsep mengenainya juga sangat sulit diterima akal sehat. karena itu, pendekatan kita menuju kehidupan tersebut pada akhirnya terpecah belah. pendekatan menuju garis finish itu pun akhirnya ditempuh dengan jalur yang berbeda-beda, jalan yang berbeda-beda.

namun satu hal yang saya yakini dengan amat sangat, motivasi utama saya untuk menjalani hidup dengan sepantasnya dan dengan sebaik yang saya bisa adalah karena saya percaya akan kehidupan setelah kematian. sebuah motivasi untuk hidup dengan mengendalikan dan bukannya dikendalikan oleh hawa nafsu, menurut saya berasal dari tujuan ini. dan pada akhirnya, bahwa kita memiliki tujuan untuk mencapai kehidupan setelah kematian sebaik mungkin adalah motivasi yang membedakan kita dengan makhluk hidup lainnya, bukan?

dan hampir setiap manusia, dengan jalannya masing-masing, hidup dengan visi yang sama: kehidupan setelah kematian. dengan jalannya masing-masing, dengan pendekatannya masing-masing, kita semua dapat saling membatasi diri dan dapat hidup bersama di dunia.

hidup tidak berhenti dengan kematian. sadar atau tidak, hal inilah yang seharusnya mendasari setiap hal yang kita lakukan di dunia.
sebaiknya sih sadar.

jangan dibaca pasti bosen

oke saya tau, mungkin udah terlambat sekitar satu tahun atau satu semester buat saya ngepost ini, tapi yah... the thought just came up lately, hehe.
sekedar cerita, saya mungkin salah satu orang yang mengalami transisi yang cukup drastis dari secondary school life ke college life. walaupun orang-orang bilang institusi dimana saya berkuliah sekarang itu notabene lingkungannya sama dengan sekolah asal saya, secara spesifik di major kuliah saya, saya merasa lingkungan saya sangat berubah. drastissssss with many s to emphasize the meaning of the word. hehehehe.
saya bisa akui (dengan sedikit narsis) bahwa lingkungan asal sekolah saya, (dan mungkin asal sekolah kamu juga, my common friend ;p) memang lingkungan yang cukup highly qualified ya. hehe. requirements untuk masuk ke sekolah saya itu lumayan tinggi, peminatnya juga banyak, so there goes the high competition in admission of the school. tentu saja dengan persaingan demikian, only the best can qualify.
hasilnya? hampir setiap kegiatan yang diselenggarakan sangat well-structured. organisasi-organisasi dan ekstra kurikuler yang ada semuanya punya sistem yang jelas. saya cukup akrab dengan kata-kata seperti LPJ, rapat, program kerja, visi misi, dsb dsb dsb yah pokonya yang gitu-gitulah. orang-orangnya juga sama. walaupun ngaret, tendensi ketepatan waktunya masih mendinglah. sengaret-ngaretnya, ga mungkin sejam dua jam gitu.
sementara lingkungan tempat saya belajar sekarang (yap secara sempit, tepatnya di daerah tenggara kampus saya, hehe) sangat, sangat, sangat jauh dari kata-kata itu.
semua kegiatan yang ada di lingkungan saya jauh dari kata struktural. semuanya serba spontan. secara drastis pola pikir dalam lingkungan berkegiatan berganti, yang mulanya 'nanti gimana' jadi 'gimana nanti'. ngerti kan. pola kerja yang ada sekarang gak sistematis. yah wajar sih, orang-orang yang ada di dalamnya aja emang pada dasarnya gak bisa bekerja secara sistemik. tidak nyaman dengan sistem, tidak nyaman dengan struktur. mungkin buat orang-orang yang terbiasa dengan organisasi dengan segala macam pola kerjanya yang sangat tersusun bakalan gak nyaman banget ngeliat situasi ini. kerja memang punya goal, tapi gak ada TOR. suka-suka mau gimana juga, yang penting beres.
sistem kerja terstruktur yang digembleng selama satu tahun pertama ada di sini langsung dilupain begitu masa orientasi beres. karena tipe-tipe orangnya ga bisa menginisiasi forum ataupun berada dalam forum, gimana mau bikin forum kondusif buat ngestrukturin rencana kerja sebelum mulai? buat kami sekarang, goal ada, satu orang turun gawe, yang lain juga pasti ikut kok lama-lama. gitu cara menginisiasi kerja.
saya sempet gak nyaman banget sama sistem kerja kayak gini. tapi, ternyata toh jalan-jalan aja. pastinya lebih serabutan daripada dulu, lebih kacau, lebih aneh. tapi fun. buat kami kerja adalah maen bareng. berkarya bareng. ga perlu sistem, ga perlu struktur. pokonya bareng turun, kita bikin sesuatu bareng-bareng. pada kenyataannya orang-orang yang ikut kerja bareng, niatnya bukan kerja. niatnya cuma pengen maen bareng. kalo ternyata maen barengnya sambil kerja, yaudah ayo kerja.
emang dampak buruknya, makin ke sini saya makin susah menyituasikan diri dalam suatu lingkungan kerja yang sangat terstruktur. bawaannya bosen, suntuk. gak ada unsur 'play'-nya. dalam lingkungan yang terstruktur, terlihat jelas switch antara 'playing-mode' sama 'serius-mode'. hal itu yang gak ada dalam lingkungan saya sekarang.

saya bukan dalam kapasitas untuk menyatakan lingkungan satu lebih baik dari yang lain. yang pengen saya tekankan sebenernya adalah kesulitan saya sekarang untuk tetap bisa menempatkan diri pada kedua lingkungan itu. terlalu kontras. semakin nyaman saya dengan satu sistem kerja, semakin saya tidak bisa menempatkan diri pada sistem kerja lainnya.

problems should be seen as a challenge, so the challenge is... bagaimana saya dapat secara seimbang menempatkan diri pada kedua lingkungan tersebut?
yang pasti adalah tidak menciptakan zona nyaman di satu lingkungan tertentu.
semakin sosial seseorang di suatu lingkungan, semakin antisosial orang tersebut di lingkungan lainnya.


saya adalah calon desainer. wilayah desain adalah elaborasi dari suatu sistem kerja yang terstruktur dan wilayah kreativitas yang bebas dan tanpa batasan.
so i'll have to stand on both lines, i guess.

inspired by INKM

okeh, jadi tebak malem ini saya lagi ngapain?

ngerjain tugas INKM (yang saya bahkan gatau itu singkatan dari apa hemmm, intinya sih acara pengenalan kampus) padahal saya hari ini udah bolos dan besok juga belum tentu dateng sebenernya. tapi yaudalah ngerjain tugas dulu aja.
jadiiii tugas buat besok itu adalaaah... bikin life plan TPB dan pasca TPB, visi hidup beserta misinya dalam berbagai bidang (gitulah banyak turunannya), terus poster mahasiswa ideal.
okeh. itu banyak ya hmm.
jadi bikinlah saya jengjengjeng terus biasalah kalo udah terlena dengan kayak gituan suka jadi gatel pengen dilanjutin kesini haha, pengen share aja tentang mahasiswa ideal ehe ehe, sedikit diselipin hasil dua hari ikut INKM nih (dimana dua hari itu adalah dengerin seminar talkshow dan segala macem dengan setengah terkantuk-kantuk dan setengah lagi terbosen-bosen hmm jd merhatiin bagian mananya dong)

apa yang saya gambar di poster mahasiswa ideal saya: magnet
mungkin banyak analogi lain yang lebih oke ya, haha maklum sih ini kilat ngerjain 15menit -..-

menurut saya mahasiswa ideal bisa dianalogikan seperti magnet.
magnet memiliki dua kutub yang saling bertolak-belakang, namun saling berhubungan, saling memengaruhi dan saling melengkapi. demikian halnya dengan seorang mahasiswa ideal, dia haruslah mengasah kedua kutubnya yaitu hard skills (kemampuan dalam bidang akademis, inteligensi, berhubungan dengan prestasi) dan juga soft skills (kemampuan dalam bidang organisasi, interpersonal, leadership dan segala macam kayak gitu haha). seorang mahasiswa ideal harus memiliki hard skills dan soft skills yang sama-sama kuat, sehingga secara interpersonal dan intrapersonal dia memiliki kekuatan yang seimbang dan saling mendukung.
dan seperti halnya sifat magnet, mahasiswa ideal pun harus memiliki pengaruh yang besar bagi lingkungan sekitarnya, seperti halnya daya tarik magnet yang mengakibatkan perubahan bagi lingkungannya. diharapkan mahasiswa ideal dapat menjadi penggerak/pemicu terjadinya perubahan di masyarakat, serta berperan serta dalam merubah tatanan kemasyarakatan atau sistem-sistem yang ada ke arah keteraturan yang lebih baik.
oiya dan satu lagi, kita bisa menciptakan magnet dengan cara diasah. dengan analogi yang sama, mahasiswa ideal dapat membantu mahasiswa-mahasiswa lainnya agar turut menjadi magnet, turut menjadi mahasiswa ideal sepertinya.
integritas. prestasi. komitmen. :D

yak sekian dan terimakasih, saya sedang dan akan berusaha menjadi mahasiswa ideal versi saya haha. semoga bisa :D



p.s. jadiiiiiiiii, besok dateng INKM ga? haha udah soksok bacot tp males juga kan ikut begituan