by fathina diyanissa
Disini, menatap langit bertukar warna terus, dan matahari menyebrangi jarak antara kita berdua. Ia yang mulanya muncul di belakang punggungku lalu tenggelam ditelan bahumu. Disini, menatap kamu di sebrangku, menelisik seluruh lekuk garis wajah dan tubuhmu, mengamati bagaimana matahari menjatuhkan gelap dan terang di atasnya sehingga terkadang kamu jelas, terkadang buram, lalu akhirnya tinggal serupa bayangan karena tertentang terlalu banyak terang di belakang.
Kamu bilang, satu hari terlalu lama untuk hanya tinggal dan tidak melakukan apa-apa.
Aku ragu kamu benar. Aku ingin tetap tinggal karena dengan kamu yang ada di depanku, aku tidak benar-benar tidak melakukan apa-apa.
Kamu saja yang tidak tahu. Kamu saja yang tidak mengerti.