aku lelah. aku penat. hidupku membosankan sekali hingga aku ingin pergi.
dua kali seminggu, aku bertugas. aku keluar dari rumah, begitu pongah dengan licin, rapi, dan wangi parfum masih menempel di tubuhku. tapi begitu langkahku terhenti di atas motor, kepongahanku langsung luluh lantak. begitu dingin, angin menampar-nampar begitu kencang. apa sih yang perempuan gila ini pikirkan? dia pasti tidak waras! ah, memang aku memanggilnya 'perempuan gila', kan. dengan julukan gila di belakangnya. ya, dia memang layak mendapatkan kata gila itu. setidaknya, itulah yang selalu kuteriakkan padanya setiap pagi aku kedinginan karena angin begitu kencang. untung saja ada sahabat terdekatku, pelindungku, si tuan Jaket. coba saja kalau tidak ada dia. pasti aku sudah kaku dan tidak licin seperti saat aku pertama keluar dari rumah.
lalu tibalah langkahku di sekolah. gedung yang begitu penuh. banyaaaaaak sekali manusia. ya, banyak dengan enam huruf a. kau mengerti kan?
di gedung ini, aku punya banyak teman. mereka semua mirip denganku. tapi, kami semua berbeda. kau jangan meremehkan kami, kami punya nama. ya, itu yang membedakan kami. namaku, fathina. fathina dengan bordiran yang cantik dan rapih tersandang anggun di tubuhku. aku bangga sekali menyandang nama ini, walaupun aku sedang mewakili seorang perempuan-gila-yang-hobinya-menyiksaku-setiap-pagi.
tapi, sekarang aku jujur saja. aku suka merasa maluuuu kalau sudah sampai di sekolah. ya, malu dengan empat huruf u! begitu sekolah mulai ramai aku langsung ingin pulang! aku ingin kembali ditumpuk saja ke lemari. ya, aku tahu lemari jauh lebih baik dan lebih nyaman untukku. walaupun kadang-kadang lemari memang pengap. gelap, lagi. mana desek-desekan lagi. ah, kalau dipikir-pikir memang lebih enak di luar sih. tapi, di luar yang kumaksud itu dimana saja asal bukan di sekolah ini. karena di sini aku begitu malu! ya, kau tahu? M-A-L-U!! tak bisa kau bayangkan derita menjadi aku. sungguh deraan yang menyiksa dan tak bisa kau lupakan seumur eksistensi dan masa baktimu.
mengapa? kau tanya mengapa? aku merasa kotor! aku merasa hina! aku merasa kusam! walaupun bordiran namaku, fathina, tetap rapih dan cantik, tapi aku tetap kalah! aku begitu lusuh dan tua. ditambah lagi, aku begitu banyak bergerak sepanjang hari dan aku capek sekali hingga serat-seratku satu demi satu meninggalkan formasi rapihnya. aku berantakan! ah, aku malu sekali hingga ingin rasanya kututpi bordiran nama fathina agar dia tidak menjadi malu juga.
ah, aku memang sudah tua. ingin aku teriakkan, 'aku mau pensiun!!' aku sungguh sungguh lelah! apalagi setiap hari aku bertemu dengan teman-temanku yang lebih muda dan lebih bersinar dariku, walaupun tetap bordiran namaku tak pernah kalah saing. aku sungguh tidak ingin bertemu dengan mereka, angkatan baru dan muda, begitu berkilau dan membuatku terlihat begitu kusam disamping mereka. terutama teman-temanku yang nama bordirannya nabila, atau nissa, atau retno. mereka begitu bersinar! aku sungguh sangat malu hingga ingin menangis dan bersembunyi di balik sahabat terdekatku, pelindungku, si tuan Jaket. apalagi setiap nissa dan retno menatapku dengan tatapan mencemooh, seolah aku makhluk paling hina, dan tidak pantas keluar dari lemari nan pengap itu!
walau, mungkin memang aku sudah tidak layak. Oh, tidak! lebih baik aku mati saja! Ergh.
tambah lagi perempuan gila ini begitu betah berkeliaran dan bergerak aktif di luar, hingga aku makin capek dan lusuh. beratus-ratus menit aku harus menahan derita duniawi ini. dunia fana yang sungguh kejam. sungguh tak sabar aku bersua lagi dengan sahabat terdekatku, pelindungku, si tuan Jaket yang akan kembali bertugas melindungiku dari kedinginan di jalan pulang. lalu akhirnya aku akan berjumpa dengan mesin cuci.
ah, aku sungguh tak sabar disucikan dari semua kehinaanku hari ini! kelusuhanku! aku ingin bersih kembali! BERSIH! B-E-R-S-I-H!!
tapi.. itu semua tak mungkin..
sebersih apapun aku, aku tetap tak bisa mengalahkan teman-temanku yang berbordiran nabila, nissa, dan retno. aku memang sudah tua, tak layak aku disaingkan dengan mereka.
maka tuanku, perempuan gila yang bordirannya selalu kusandang dengan cantiknya, bisakah aku, seragam angkatan tua yang lambang OSIS-nya sudah compang-camping ini, pensiun dan menikmati masa tua tanpa harus berjuang melawan dunia?
-seragammu, yang menderita tekanan mental menjelang akhir masa bakti